YNKI - Kubu Raya Coffee Series, Menjadi Tuan Rumah di Rumah Sendiri
Semua lanskap terkoneksi dengan pasar lokal - global tidak terkecuali Kubu Raya dengan salah satu komoditasnya yaitu Kopi yang merupakan bagian dari struktur dan komponen lanskap penting Kubu Raya. Observasi lahan, Praktek dan Rantai Pasokan Kopi Kubu Raya menemukan produksi kopi dihasilkan oleh petani kecil atau smallholder dan produktivitasnya yang sangat rendah, produksi kopi di Kubu Raya rata-rata sebesar 413 Kg/ha/tahun atau 1.369 Ton/tahun dengan luas lahan 5.382 Ha, Disbun Prov Kal-Bar, 2018. Sementara Direktorat Jenderal Perkebunan menyatakan rerata produksi nasional 782 kg/ha/tahun dan masih dapat dimungkinkan untuk ditingkatkan sampai 1.300 kg/ha/tahun.
Observasi YNKI pada lahan perkebunan dan rantai pasokan kopi menemukan potensi areal tanaman Kopi pada Desa Punggur Besar, Punggur Kecil, Punggur Kapuas, Limbung, Tebang Kacang, Rasau, Sungai Bulan, Jangkang, Pasak Piang, Batu Ampar. Tanaman Kopi tersebut telah dimulai sejak zaman Belanda (Kultur Stelsel), dilanjutkan pada masa program Transmigrasi (era 80 an).
Setelah masa tersebut sampai dengan saat ini, hampir tidak ada peremajaan tanaman. Selain itu pengetahuan petani untuk praktik budidaya dan pemanenan kopi yang baik hampir atau telah hilang, ditandai salah satunya oleh salah satunya “tidak satupun” dari kelompok yang diobservasi melakukan praktik pemanenan “ceri merah”. Pemanenan campur dilakukan, diproses menjadi green bean dan di jual ke pengepul dengan harga 28 – 30 ribu rupiah.
Hampir keseluruhan petani tidak mengolah bubuk kopi, pemenuhan bubuk kopi dipenuhi dari membeli kopi bubuk kemasan dari pasar dengan harga 50-70 ribu rupiah. Sebagian petani menyatakan “rugi” jika hasil green bean diolah menjadi bubuk dan lebih murah membeli kopi bubuk dari toko.
Hal positif bagi lingkungan ditemukan di desa Punggur Besar dan Punggur Kecil dimana praktik agroforestri diterapkan, kebun agroforestri tersebut merupakan kebun dari kombinasi tanaman Kopi, Durian, Langsat, Pinang dan Kelapa. Kebun Agroforestri tersebut telah membentuk ekosistem dan menjadi habitat dari satwa liar diantaranya; Luwak, Burung Hantu, Tupai, Tikus, Elang dan Kelelawar.