Mudik Lebaran Menjaga Spiritualitas, Budaya, dan Identitas

Tinggal di rantau memang tidak mudah, kemampuan adaptasi dengan budaya baru menjadi tantangan untuk dapat bertahan dan mengembangkan hidup dan kehidupan. Di tanah rantau tidak sedikit perantau yang masih membawa norma-norma dari tempat asal, namun tidak sedikit pula yang berubah menjadi individu lain merangkul kehidupan hedonis dan tidak lagi memiliki empati pada tanah dan kenangan kehidupan sebelumnya.

Bagi perantau yang masih membawa norma-norma tanah asal, tinggal di perantauan akan menyisakan kepingan-kepingan kenangan yang berharga, tentang lanskap kampung asal, proses menjalani masa kanak-kanak dan kenangan perjuangan orang tua dalam menghidupi dan mendidik keluarga. Dan mudik, adalah proses memperbarui ingatan-ingatan tersebut. Ingatan tentang siapa dia dan bagaimana kehidupan telah dilewati. Singkatnya, kembali pada asal muasal.

Tidak sedikit para pemudik mendapat keharuan dan pembelajaran dalam perjalanan pulang massal ini. Pemerintah menyatakan jumlah pemudik lebaran 2022 ini mencapai 85 juta orang atau 32% penduduk Indonesia melakukan perjalanan mudik. Rasa senasib seperjalanan, berbagi makanan buka puasa, mendapatkan teman baru, berbagi cerita kampung halaman dan berbagi mendapatkan bahan bakar menjadi penguat dari rasa lelah dan penat perjalanan. Mengutip Emha Ainun Nadjib dari postingan @jagadmaiyah, mudik adalah latihan tahunan untuk membangun keterampilan budaya agar kelak siap menjadi penduduk Surga.

link berita mudik https://bit.ly/3Fudc9I