Dorong Diversifikasi Kelapa di Kubu Raya

Kabupaten Kubu Raya memiliki potensi tanaman kelapa yang melimpah, sebagai Kabupaten penghasil kelapa terbesar di Kalimantan Barat. YNKI menilai perlunya diversifikasi produk dari kelapa sebagai sumber pemasukan dan peningkatan kesejahteraan petani. 

YNKI melakukan pemetaan komoditas kelapa yang merupakan komoditi unggulan perkebunan di Kubu Raya, dengan 3 Kecamatan penghasil kelapa. Luasan kebun Kelapa yang ada di Kabupaten Kubu Raya sekitar 25.108 ha dan luasan kebun Kelapa Campuran (kebun yang ditanam lebih dari satu tanaman) sekitar 7.131 ha yang cukup memadai untuk membantu meningkatkan pendapatan jika perawatan serta pengelolaannya juga dilakukan dengan baik. Sebaran Kelapa berada di Kecamatan Sungai Raya, Kecamatan Teluk Pakedai dan Kecamatan Sungai Kakap rata-rata kebun kelapa dimiliki oleh masyarakat setempat. 

Produksi Kelapa di Kecamatan Sungai Raya (812 ton), Kecamatan Teluk Pakedai (5.902 ton), dan Kecamatan Sungai Kakap (20.532 ton). Kecamatan yang paling banyak memproduksi kelapa yaitu Kecamatan Sungai Kakap (BPS Kubu Raya 2019).Petani saat ini menjual kelapa kepada pengepul dalam bentuk kelapa utuh dan kopra.

Mayoritas petani kelapa hanya menghasilkan kelapa dalam bentuk mentah (kopra, kelapa bulat, kelapa jambul) yang selanjutnya akan dijual ke tengkulak, hal ini terjadi karena minimnya informasi yang masuk ke masyarakat untuk mengolah produk turunan kelapa. Hanya sebagian kecil yang mengolah kelapa menjadi produk turunan lain seperti VCO yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga.

Berbagai produk turunan yang dapat diolah antara lain; mulai dari akar kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. kemudian batang kelapa dapat digunakan sebagai pengganti kayu konstruksi, pembuatan kertas serta arang. Daun kelapa yang dapat digunakan untuk membuat kerajinan hingga menjadi pakan ternak, dan daging kelapa dapat menjadi minyak kelapa,  Virgin Coconut Oil (VCO) dan santan, batok kelapa sebagai bahan baku kerajinan dan arang, sabut kelapa untuk keset kaki hingga menjadi Cocopeat dan Cocofiber, dan daun kelapa digunakan sebagai atap rumah yang ramah lingkungan.

Diversifikasi produk akan meningkatkan nilai tambah kelapa. Berbagai produk turunan ini memiliki permintaan yang tinggi menjadikan kelapa sebagai salah satu komoditas strategis bernilai ekonomi tinggi.

Seperti yang diketahui bahwa harga minyak kelapa murni cenderung lebih mahal dibandingkan minyak kelapa sawit karena minyak kelapa murni baik untuk kesehatan. Sedangkan kelapa bulat dijual dengan kisaran 2.500/buah, perkiraan produksi kelapa 80 buah per tahunnya dan satu petani memiliki kurang lebih 50 pohon, maka petani menjual 4.000 buah dengan pendapatan Rp 10.000.000/tahun. Jika kelapa diolah menjadi VCO yang membutuhkan 10 buah kelapa per liter, petani dapat menghasilkan 400 liter dari 4.000 buah kelapa. Dengan harga Rp. 200.000/liter, maka petani memperoleh pendapatan sekitar Rp. 80.000.000/tahun. Perbedaan harga yang signifikan dapat menjadi pilihan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan melalui diversifikasi produk kelapa. 

Namun, petani kerap menghadapi banyak tantangan dalam diversifikasi produk pertanian, seperti terbatasnya pengetahuan, kurangnya modal, harga teknologi yang sangat tinggi, dan belum ada target pemasaran. Diperlukannya dukungan dari pemerintah pusat maupun kabupaten dalam mendorong kemajuan daerah yang berpotensi.